

“Sakit Pun saya gak pernah rasa. Kalau gak jualan, mana bisa saya dapat penghasilan,” ujar Pak Atma sambil menahan lelah.
Tetesan air mata Pak Atma dan Bu Mastufah seakan tak pernah kering. Anak pertama yang mereka dambakan, Ammar, harus menerima kenyataan pahit. Pada usia 3 bulan, Ammar mengalami pembengkakan Mata yang membuat matanya menjadi besar. Awalnya hanya terlihat warna putih kecil pada pupilnya, namun semakin hari semakin membesar. Mata Ammar membengkak, menonjol keluar, bahkan kadang mengeluarkan darah segar.

Kini Ammar berusia 13 bulan. Hampir setiap hari ia hidup dalam rasa sakit pada bola matanya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, jalan satu-satunya agar pembengkakan itu tidak menjalar ke organ lain adalah operasi pengangkatan mata. Sudah hampir satu bulan Ammar dirawat di rumah sakit besar, menjalani berbagai pemeriksaan dan menunggu jadwal operasi yang akan menyelamatkan nyawanya.
Di balik penderitaan Ammar, tersimpan kisah besar tentang perjuangan ayahnya, Pak Atma yang Sehari-hari ia hanya seorang buruh toko kunci dengan penghasilan Rp 100.000 per hari, itu pun jika ia bekerja. Sejak Ammar dirawat, Pak Atma jarang bekerja karena harus mendampingi sang anak di rumah sakit. Namun ia tidak menyerah.

Demi tetap mendapatkan penghasilan, Pak Atma mencari cara agar tetap bisa bekerja meski mendampingi Ammar. Ia berjualan kopi keliling di sekitar rumah sakit setiap sore hingga tengah malam. Meski hasilnya tak seberapa, ia tetap melakukannya dengan penuh semangat. Tidak berhenti di situ, Pak Atma juga mencoba memberdayakan dirinya dengan mencari peluang kecil lain di sela waktu menjaga Ammar, seperti membantu parkir atau mengantar barang-barang kecil milik pengunjung rumah sakit. Baginya, setiap rupiah sangat berarti untuk menutup biaya hidup dan pengobatan Ammar.
Puluhan juta rupiah sudah ia habiskan untuk biaya pengobatan Ammar, hasil dari menjual barang-barang dan meminjam uang dari tetangga atau kerabat. Bersama Bu Mastufah, ia juga harus mengontrak kamar kecil dekat rumah sakit, karena jarak rumah mereka terlalu jauh untuk bolak-balik setiap hari.
Kesedihan ini nyata. Namun di tengah keterbatasan, Pak Atma memilih berjuang, bukan menyerah. Ia bukan hanya mencari nafkah, tapi juga berusaha memberdayakan dirinya agar tetap produktif meski situasinya sulit. Cintanya pada sang anak membuatnya kuat berdiri meski kelelahan, walau setiap rupiah yang terkumpul masih jauh dari cukup untuk biaya pengobatan Ammar.
Sahabat Kebaikan, perjuangan ini bukan hanya tentang pengobatan Ammar. Ini tentang seorang ayah yang tidak pernah menyerah meski harus melewati badai kesulitan. Mari kita bersama-sama membantu Ammar agar pengobatannya tidak terhenti karena biaya.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk Modal usaha Pak Atma dan Pemenuhan segala kebutuhan keluarga Pak Atma yang belum terpenuhi. Selain itu jika terdapat kelebihan dana akan di gunakan untuk implementasi program Pangan untuk Bumi Syam dan untuk para penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
![]()
Belum ada Fundraiser
![]()
Menanti doa-doa orang baik